Kamis, 23 November 2017

SPIRITUALITAS MAULID


Perayaan maulid dipandang sebagai seremonial tradisi keislaman. Dalam sejarah Islam, asal muasal maulid masih menjadi diskursus tanpa episode. Ada yang mengatakan bahwa perayaan maulid telah dimulai pada masa dinasti Fathimiyah. Sebagian lagi berpendapat, maulid untuk pertama kalinya dirayakan pada awal musim perang Salib yang digagas oleh Shalahuddin al-Ayyubi. Di samping perdebatan dari perspektif sejarah, juga mengenai hukum perayaannya yang hingga saat ini terus bergulir layaknya bola api, apakah sunnah atau bida’ah.
Terlepas dari pro-kontra di atas, sesungguhnya ada banyak nilai yang dapat diambil dalam setiap perayaan maulid Nabi. Sehingga maulid tidak elok bila hanya diteropong dengan satu atau dua pendekatan, semisal perspektif sejarah dan hukum syari’at, namun perlu juga diteropong melalui pendekatan  lainnya semisal sosial, budaya, politik dan pendidikan.
Dalam tulisan ini, penulis hendak meneropong kegiatan maulid melalui kaca mata pendidikan. Selama ini maulid oleh sebagian kalangan dinilai sebagai bagian dari perilaku boros. Namun tidakkah disadari bahwa ada nilai-nilai pendidikan spiritual yang tertancap kuat dalam perayaan maulid itu sendiri, yang lebih banyak dan lebih masuk akal daripada alasan sekadar “boros”. Maka perayaan Mulid sebenarnya dihajatkan sebagai salah satu jalan untuk selalu memperbaharui diri menjadi manusia yang memiliki spiritualitas tinggi.
Adapun nilai-nilai spiritual tersebut dapat dilacak melalui rangkaian seremonialnya. Dalam tradisi Sasak, maulid secara jamak diagendakan dengan sejumlah rangkaian acara, biasanya meliputi pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, khataman al-Qur’an (dalam bahasa Sasak biasa disebut namatan), pembacaan al-Barzanji (dalam tradisi Sasak disebut Serakalan), ceramah agama (pengajian), zikir (dalam bahasa Sasak disebut rowah) dan penutup do’a.
Pembacaan ayat al-Qur’an merupakan acara pembuka setiap kegiatan, tidak terkecuali maulid Nabi. Pembacaan al-Qur’an memiliki implikasi terhadap spiritualitas seorang hamba. Ia dapat menambah keimanan, melunakkan hati yang keras, menggetarkan jiwa yang sombong, melumpuhkan angan-angan duniawi, memotivasi jiwa yang rapuh, menghidupkan hati yang mati dan sebagainya.
Dalam acara-acara maulid, qari’ atau qari’ah biasanya melantunkan Q.S al-Ahzab ayat 21 (laqad kaana lakum fi rasuulillaah….). Ayat tersebut menegaskan bahwa Rasulullah merupakan manusia yang memiliki spirualitas yang tinggi dengan kemuliaan budi pekertinya. Tidak hanya itu, sepiritualitas juga dapat diraih dengan banyak berzikir kepada-Nya, baik dalam bentuk ibadah mahdhah (pokok) semisal shalat, puasa, zakat maupun ibadah ghairu mahdhah semisal zikir setelah shalat, infak, menyingkirkan duri di jalan dan lain-lain.
Setelah pembacaan al-Qur’an selesai, biasanya dilangsungkan dengan acara khataman al-Qur’an. Dalam tradisi Sasak, kegiatan ini disebut namatan Qur’an. Anak-anak yang telah menamatkan al-Qur’an pada guru ngajinya diuji mentalnya di hadapan orang banyak untuk membaca al-Qur’an. Kegiatan seperti ini tentu sangat mendidik mental dan spiritual anak. Anak-anak yang telah namatan biasanya sudah teruji mentalnya dan lebih percaya diri, sehingga menjadi modal awal untuk terus membaca al-Qur’an agar spiritualiatasnya berkarakter al-Qur’an.
Setelah acara namatan, dilanjutkan dengan berzanji (selakaran). Dalam selakaran ini dibaca kitab Maulid Berzanji. Kitab tersebut banyak menjelaskan sejarah Rasulullah. Sehingga banyak nilai spiritual yang dapat diambil di antaranya; sikap jujur (shiddiq). Dalam bahasa Arab jujur disepadankan dengan kata “al-amanah wal ikhlash”. Jujur merupakan perilaku yang mengimplementasikan sikap amanah dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang individu sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi. Sebelum Islam turun, popularitasnya sebagai “bisnisman” yang jujur dan terpercaya telah tersebar di kalangan suku Quraisy. Popularitas tersebut distempel dengan sebutan al-Amin (yang amanat).
Diceritakan juga dalam kitab al-Barzanji sebagai hamba yang sederhana. Kesederhanaannya dapat dilihat mislanya dari keistiqamahannya dalam berpuasa, perabotan rumahnya yang sangat sederhana, tempat tidurnya yang terbuat dari pelepah kurma. Hal tersebut tidak berarti bahwa Rasulullah miskin, melainkan beliau adalah orang yang kaya raya. Hal tersebut dapat ditilik dari kesuksesannya berniaga. Sehingga ketika Rasulullah menikahi Siti Khadijah, maharnya pun tidak terbilang sedikit yaitu 200 ekor unta. Jadi, kesederhanan tersebut beliau lakukan untuk memberikan suri teladan kepada umatnya.
Juga karakternya yang gemar bekerja keras diungkap dalam al-Barzanji. Seperti yang dimaklumi bersama bahwa Rasulullah sebelum karirnya melambung tinggi, beliau adalah seorang penggembala kambing. Walau Beliau keturunan suku yang mulia (Quraisy), baginya harta yang dihasilkan dari keringat sendiri lebih berkah daripada harta yang diperoleh tanpa keringat sendiri. Sebab, ketiadaan atau lemahnya karakter kerja keras seseorang, dapat menjadikan jiwanya dipenuhi hawa nafsu, keinginan-keinginan yang membabi-buta untuk memperoleh harta, wanita dan jabatan dengan jalan yang tidak wajar, bahkan tidak halal, sehingga terjadilah praktik korupsi dalam bentuk suap-menyuap, gratifitasi seks, kolusi, nepotisme, pesugihan, mengemis dan lain sebagainya.
Di samping nilai-nilai spiritual di atas, masih banyak nilai yang dapat diambil dalam kitab Berzanji. Kemampuan Sayyid Ja’far – penulis Berzanji – meramu buku sejarah tersebut dalam bentuk sya’ir, menandakan bahwa ia memiliki talenta dalam kesustraan. Bahasa sya’ir yang digunakan memiliki nilai-nilai kesustraan yang mampu menyentuh hati sanubari pembacanya. Huruf akhir kalimat yang dibentuk dengan bunyi huruf yang sama, membuat bait-bait sya’irnya semakin indah. Kitab Berzanji disuguhkan dengan sistematik yang mengarahkan pembacanya senantiasa menjeda dengan bacaan shalawat. Sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas tersebut memiliki efek terhadap kualitas spiritual pembacanya, karena membaca shalawat berarti mendekatkan hamba dengan Allah dan dengan rasul-Nya.
Setelah acara pembacaan berzanji selesai kemudian dilanjutkan dengan ceramah agama. Dalam ceramah tersebut banyak diungkap nilai-nilai spiritual yang dimiliki oleh Rasulullah. Sehingga nilai-nilai spiritualitas pada rangkaian acara sebelumnya menjadi lebih kuat dan membekas di jiwa.
Setelah itu, dilanjutkan dengan acara rowah atau zikir. Zikir memiliki kekuatan dalam membentuk spiritual seseorang. Zikir merupakan komunikasi spiritual antara hamba dan Tuhannya.  Bibir yang senantiasa basah dengan zikir berimplikasi pada ketenangan hati. Ia ibarat ditergen yang mampu mensucikan jiwa dari keruhnya pengaruh nafsu duniawi. Hamba yang suci jiwanya telah dijanjikan oleh Allah sebagai manusia yang beruntung. Kesempurnaan acara maulid kemudian ditutup dengan do’a. Hal tersebut tentunya dapat menguatkan secara sempurna nilai-nilai spiritual yang telah diperoleh dari rangkaian acara sebelumnya. Sebab sebagai yang dimaklumi bersama bahwa do’a semisal dengan zikir. Do’a merupakan media utama dalam menjaga dan menguatkan semua spiritualitas yang telah dimiliki oleh seorang hamba. Rasulullah mengajarkan umatnya doa: “Ya Allah, bantulah kami untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu”.
Nilai-nilai spiritul dalam perayaan maulid di atas tentu akan diperoleh melalui proses yang ikhlas, benar dan khidmat. Ikhlas berarti bahwa maulid yang dilakukan diniatkan karena Allah. Benar dan khidmat berarti bahwa kegiatan berzanji harus dilakukan dengan etika, sopan santun dan bacaan berzanji yang baik dan benar. Sebab, tidak sedikit masyarakat yang membaca berzanji tidak dibarengi dengan melihat teksnya langsung, sehingga makhrajul huruf-nya pun menjadi tidak terkontrol dan pelaksanaannya menjadi tidak khidmat. Wallahu a’lam bisshawab.


Prosmala Hadisaputra

Pendidik di Ponpes Selaparang NW Kediri
Islamic Studies - University of Malaya
Kuala Lumpur-Malaysia





1 komentar:

  1. Emperor Casino | Shootercasino
    Join today and claim $1000 Welcome Bonus with an amazing selection of games for the first time and the chance to 제왕카지노 총판 WIN BIG with a massive Welcome Bonus.

    BalasHapus