Rabu, 29 November 2017

MENGOLAH SAMPAH JADI BERKAH

Sampah kian hari menjadi permasalahan yang makin rumit dan kompleks, tidak hanya merambah kawasan perkotaan namun juga pedesaan. Sungai-sungai telah tersumbat dengan genangan sampah bervolume dahsyat. Jalan-jalan pun demikian penuh dengan tumpukan limbah pasar, sekolah dan rumah. Keindahan desa dan tata ruang kota pun menjadi semerawut, kumuh dan menebarkan bau tak sedap. Di samping itu, gorong-gorong, got dan parit kecil di pemukiman penduduk menjadi sarang sampah, yang dapat menjadi sumber penyakit. Kondisi semacam ini sebenarnya tidak boleh atau bahkan tidak harus terjadi, jika saja masyarakat memiliki komitmen yang kuat,  untuk selalu melestarikan budaya hidup bersih tanpa sampah dan budaya kreatif dalam memanfaatkan atau mendaur ulang sampah.
Perilaku budaya bersih tanpa sampah, dapat ditunjukkan dengan banyak hal dalam perilaku sehari-hari, seperti membuang sampah pada tempat yang telah disediakan, memisahkan antara sampah organik dan non organik, dan lain sebagainya. Sedangkan budaya kreatif dalam memanfaatkan sampah, dapat ditunjukkan dengan berbagai aktifitas yang dapat mengubah sampah yang tidak bernilai, menjadi sesuatu yang mendatangkan nilai dan berkah. Baik berkah yang bersifat material finansial, ataupun yang bersifat immaterial berupa pahala dan surga. 
Anjuran mendaur ulang sampah memang tidak tersurat nyata dalam al-Qur’an dan hadits. Namun sesungguhnya Allah telah menjelaskan secara global dalam QS Ali ‘Imran ayat 190 – 191, bahwa Dia tidak akan menciptakan sesuatu dengan maksud sia-sia tanpa hikmah di balik penciptaan dan keberadaan suatu benda, termasuk sampah yang ada disekitar kita ini. Demikian juga dalam hadits banyak ditemukan materi-materi yang mengarahkan kepada kebersihan dan keindahan. Juga ada satu hadits yang menurut Penulis sangat mengarah kepada aktifitas daur ulang dan pengolahan sampah, menjadi sesuatu yang bermanfaat. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Ahmad, dari Jabir bin Abdillah, di mana Rasulullah SAW bersabda, “Jika makanan salah satu kalian jatuh maka hendaklah diambil dan disingkirkan kotoran yang melekat padanya, kemudian hendaknya dimakan dan jangan dibiarkan untuk setan”
Jika hadits tersebut dikaji lebih dalam dan menukik, kemudian disesuaikan dalam kondisi lingkungan kita saat sekarang ini, yang mana di penuhi sampah, bisa jadi hadits tersebut menjadi sebuah motivasi untuk bersikap kreatif terhadap tumpukan sampah, yang mungkin menurut kita tidak memiliki harga sama sekali. Hadits tersebut secara tekstual merekomendasikan bahwa makanan kotor dengan sebab jatuh, tidak boleh disia-siakan, akan tetapi dicuci kembali lalu dimakan. Sedangkan secara redaksional dan kontekstual, makanan yang kotor dalam hadits tersebut dapat diibaratkan seperti sampah, yang tidak memiliki nilai guna, lalu Rasulullah memerintahkan kita untuk mendaur ulang sampah tersebut dengan sabdanya “…hendaklah ambil dan singkirkan kotorannya…”, sehingga menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Lalu bagaimana cara mendaur ulang sampah?. Untuk mendaur ulang sampah menjadi barang yang berguna, sengguh telah banyak inspirasi-inspirasi menarik yang dapat kita saksikan di media tv, kita baca di majalah maupun koran bagaimana sampah-sampah non organik semisal plastik disulap menjadi berbagai bentuk aksesoris seperti tas, sabuk, mainan dan lain sebagainya. Demikian pula dengan sampah organik seperti sampah dedaunan dapat dijadikan pupuk kompos, juga kotoran ternak semisal sapi, kuda dan kerbau yang dapat diproduksi menjadi  pupuk dan biogas.
Memang di NTB khususnya di beberapa desa, ada warga yang telah mulai memanfaatkan limbah sampah menjadi barang yang bernilai jual seperti warga Dasan Agung-Mataram, yang telah mengolah sampah plastik menjadi tas, sabuk, pernak-pernik bunga dan lain-lain, sebagaimana yang pernah diwartakan koran Lombok Post beberapa waktu lalu. Ada juga warga desa yang sudah memulai untuk mengolah limbah ternaknya menjadi biogas, sebagai bahan bakar ketika memasak, seperti yang dilakukan oleh warga di sebuah desa di Kabupaten Lombok Utara, sebagaiman yang diwartakan juga oleh koran ini beberapa waktu lalu. Walau ada warga yang sudah memulai usaha ini, namun demikian jumlahnya masih sangat minim.
Lalu jika kita bertanya, apakah usaha daur ulang butuh modal?, jawabannya tentu “ya”. Maka di sinilah peran instansi-instansi pemerintah terkait seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Pertanian dan Peternakan, untuk memfasilitasi warga yang memiliki komitmen tinggi untuk usaha ini, di mana instansi-instansi tersebut dapat memfasilitasi dan mensupport mereka, berupa modal usaha, pelatihan dan kursus keterampilan dalam mengolah sampah. Tidak hanya itu, instansi terkait juga harus berupaya memasarkan dan mendistribusikan hasil usaha tersebut, sehingga membawa hasil yang lebih maksimal.

Usaha pengolahan sampah menjadi barang berguna tidak hanya menguntungkan individu semata, tetapi juga dapat membuka peluang kerja bagi warga masyarakat lainnya. Dan yang lebih utama adalah dapat mengurangi volume sampah, sehingga lingkungan menjadi lebih bersih, asri dan indah. Rasulullah pernah bersabda; “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencitai keindahan”. Dengan demikian, mengolah sampah sesungguhnya usaha untuk mengolah sampah menjadi sesuatu yang menarik dan indah, sehingga mendatangkan berkah, beruapa nilai jual yang tinggi. Wallahu a’lam bisshawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar