Selasa, 28 November 2017

GIZI DALAM AL-QUR’AN




Gizi dalam bahasa Arab disebut al-ghidzaa’. Jika ditelusuri, maka kata ini tidak akan ditemukan dalam ayat al-Qur’an, akan tetapi banyak ayat yang  menjelaskan hal-hal yang erat kaitannya dengan gizi, seperti proses asupan gizi yaitu proses makan dan minum, juga sumber gizi serta kreteria makanan dan minuman yang dianggap layak untuk dikonsumsi.
Berbicara tentang asupan gizi, sesungguhnya ia diperoleh dari dua aktifitas utama manusia yaitu makan dan minum. Dalam al-Qur’an kata makan dibahasakan dengan kata dasar akala dengan segala bentuk perubahannya, demikian pula dengan minum yang dibahasakan dengan kata dasar “syariba”. Namun yang lebih mengarah kepada konteks gizi adalah kata “makan” dan “minum” dalam bentuk kata kerja perintah yaitu “kuluu” yang berarti “makanlah” dan “isyrabuu” yang berarti minumlah (kalian). Dan ungkapan-ungkapan paling berkesan adalah banyak ungkapan kata kuluu diiringi dengan dua kata yang sangat familier di kalangan masyarakat yaitu halaalan thayyiban, yang berarti “yang halal lagi baik”. Dan kata “kuluu” dan “isyrabuu” banyak diiringi dengan kata “hani’an” yang berarti “yang lezat”.
Penyebutan kata “kuluu” yang diiringi dengan kata halalan thayyiban dapat dijumpai dalam QS. al-Baqarah ayat 168 yang artinya sebagai “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi…”. Redaksi serupa juga disebutkan dalam QS. al-Maidah ayat 88, al-Anfal ayat 69 dan al-Nahl ayat 114. Sedangkan kata “kuluu” dan“isyrabuu” yang diiringi kata “hani’an” dapat dijumpai dalam QS. at-Thur ayat 19 yang artinya “Makan dan minumlah dengan lezat…..", juga disebutkan dalam QS. al-Haqqah ayat 24 dan QS. al-Mursalat ayat 43.
Melihat redaksi ayat-ayat di atas, jelas sudah bahwa al-Qur’an merekomendasikan tiga kreteria  makanan dan minuman yaitu halal, baik dan lezat. Halal dalam artian makanan dan minum tersebut bukanlah yang diharamkan karena zatnya dan atau cara memperoleh serta mengolahnya. Adapun kata “thayyiban” dalam konteks kekinian dapat ditafsirkan dengan kata al-ghizda’ yaitu makanan dan minuman yang kaya gizi dan nutrisi. Dapat juga dimaknai sebagai makanan yang tidak kadaluarsa dan tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang membahayakan fisik dan akal, seperti boraks, formalin dan narkoba. Sedangkan kata hani’an yang berarti lezat ditafsirkan sebagai makanan yang lezat dan enak berdasarkan fitrah manusia pada umumnya.
al-Qur’an juga tidak luput membahas tentang sumber gizi yang meliputi makanan berkarbohidrat seperti beras, gandum dan umbi-umbian, makanan berprotein seperti daging dan ikan, berprotein nabati seperti sayur mayur, makanan bervitamin seperti buah-buahan dan terakhir sebagai pelengkapnya adalah susu.
Beras atau gandum sebagai sumber gizi memang tidak secara jelas disebut dalam al-Qur’an namun dalam setiap kata yang ditafsirkan gandum selalu menggunakan istilah “sunbulah” bentuk singularnya dan “sanaabil dan sunbulaat” bentuk pluralnya yang berarti tangkai. Dan tangkai yang dimaksud dalam banyak kitab tafsir adalah tangkai gandum. Kata tersebut dapat ditelusuri dalam QS. al-Baqarah ayat 261, dan QS. Yusuf ayat 47, 43 dan 46. Selain beras dan gandum, termasuk juga jenis umbi-umbian semisal ubi, talas, singkong dan kentang.
Sumber gizi selanjutnya adalah daging dan ikan. Daging dibahasakan dengan kata lahm dalam al-Qur’an. Kata ini dapat dijumpai pada QS. al-Waqi’ah ayat 21 yang artinya: “Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. Ayat tersebut senada dengan QS. al-Thur ayat 22. Sedangkan ikan diistilahkan dalam al-Qur’an dengan “lahman thariyyan” . Kata tersebut terdapat dalam QS. al-Nahl ayat 14 yang artinya: “Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya.  Juga disebutkan dalam QS. Fathir ayat 12 dengan redaksi yang sama pula.
Berikutnya adalah sayur mayur. Di dalam al-Qur’an disebutkan beberapa jenis sayur mayur dan rempah-rempah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber gizi penunjang seperti kol, mentimun, bawang putih, bawang merah dan kacang. Redaksi ini dapat ditemukan dalam QS. al-Baqarah ayat 61, yang artinya; “… sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adas, dan bawang merahnya....”
Selanjutnya adalah buah-buahan. Buah-buahan dalam al-Qur’an diterjemahkan dalam dua kata yaitu “faakihah” sebagai bentuk tunggalnya disebut sebanyak 11 kali dalam redaksi yang berbeda dan fawakih bentuk pluralnya disebut sebanyak 3 kali, seperti dalam QS. al-Mukminun ayat 19 yang artinya: “….. di dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian dari buah-buahan itu kamu makan….”
Yang terakhir sebagai pelengkap gizi adalah susu. Susu dalam al-Qur’an dibahasakan dengan kata “laban”. Kata ini dapat dijumpai dalam dua ayat al-Qur’an yaitu QS. al-Nahl ayat 66 yang artinya: “….. kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih …” Juga dalam QS. Muhammad ayat 15 dengan redaksi yang berbeda namun dengan arti yang sama.
Pada zaman yang serba modern ini, susu telah diolah menjadi aneka minuman, makanan dan pemanis alami pada makanan-minuman seperti margarin, yogurt dan es krim. Bahkan ada yang mengolahnya menjadi campuran dalam sabun, shampo dan bahan kosmetik lainnya.
Dari data Qur’anik di atas, dapat disimpulkan bahwa Islam sangat mengakomodir makanan dan minuman yang memiliki nilai gizi dan membawa manfaat bagi kesehatan manusia, dan melarang berbagai bentuk makanan dan minuman, yang membawa dampak berbahaya bagi kesehatan manusia. Dalam sebuah hadits, Rasulullah pernah mengigatkan umatnya bagaimana Islam sangat mencintai hambanya yang kuat, sehat, segar dan bugar dan membenci mereka yang lemah. Rasulullah bersabda: Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah……" (HR. Muslim) Wallahu a’lam bisshawab.

 Prosmala Hadisaputra

Pengajar di Pondok Pesantren Selaparang
Kediri Lombok Barat

Ph.D. Student in Islamic Studies
University of Malaya
Kuala Lumpur-Malaysia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar